Namanya Abdul Qodir Jaelani, anak ketiga dari pasangan Ahmad Dhani dan Maia Estianti. Memiliki orang tua yang bekerja di bidang entertainment ternyata tidaklah mudah. Setidaknya begitulah yang saya tangkap ketika beberapa hari yang lalu saya menonton acara Showimah dan bintang tamunya adalah anak bungsu dari pasangan yang selalu mewarnai panggung hiburan dengan berita-berita kontroversialnya.
Hidup adalah permainan begitulah menurut Abdul Qodir Jaelani, remaja yang akrab dengan panggilan dul ini menuturkan secuil kisah hidupnya kepada Soimah Pancawati dan Deswita Maharani. Kata-kata yang terucap pun terasa berat, sepertinya ada buah kedondong yang menyangkut di tenggerokan remaja yang menginjak usia 13 tahun ini. Cara berpikirnya lebih matang dibandingkan dengan usianya. Perpisahan kedua orang tuanya sangat mempengaruhi perkembangan kejiwaan remaja satu ini. Wajarlah, anak mana yang ingin melihat kedua orang tuanya berpisah.
Saat melihat dul di tayangan tersebut, saya sempat berpikir apakah anak ini sedang beracting? Bagi saya setiap tindak tanduk dari para pelaku entertainment adalah iklan yang gunanya tentu saja untuk mendongkrak popularitas mereka. Tapi saya sedikit terenyuh ketika dul mengatakan "banyak penderitaan di balik mata ini", miris mendengarnya bila kata-kata itu terucap oleh anak saya. Remaja adalah usia yang rawan, sudah tidak termasuk area anak-anak dan juga belum memasuki usia dewasa. Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sedikit mengutip dari ahli yang berkecimpung di bidang psikologi, salah satunya adalah Zakiah Darajat (1990:23) remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berpikir atau cara bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Hadoh, berat juga bahasan kali ini, pake acara mengutip dari ahli segala..hehe..ah, tidak juga :) ... Setelah melihat tayangan Showimah yang lalu, sebagai orang tua dari dua orang putri yang cantik-cantik, dengan si sulung berusia 8 th dan si kecil berusia 3 th, sedikit mengusik pikiran saya sebagai orang yang bertanggung jawab dengan pendidikan anak-anaknya. Berperan sebagai orang tua tidaklah mudah, tapi tidak juga susah. Tayangan-tayangan entertainment mungkin dimaksudkan memang untuk mendongkrak popularitas si artis. Tapi dari situ kita bisa belajar, contoh kasus yang terjadi pada dul. Berpikir hidup adalah permainan, cara pandang yang "sedikit" mengkhawatirkan bagi saya. Mungkin ini adalah salah satu cara dul dalam merefleksikan kehidupan dari berbagai masalah yang ada. Pun begitu pula ketika dia memutuskan untuk mengendarai mobil sedannya yang berakhir dengan kecelakaan yang memakan beberapa jiwa. Ngeri. Permainan akan menjadi menakutkan ketika pemain tidak mengerti lakon apa yang sedang dimainkan.
Melihat realitas kehidupan remaja zaman sekarang, sudah pasti para orang tua akan berusaha memasang tameng kepada anak-anak tercintanya. Melindungi dengan segenap kemampuan yang ada, mencurahkan segala daya pikirnya untuk buah hati tercinta. Hanya saja, saya merasa terkadang apa yang menurut saya baik untuk anak-anak, tapi belum tentu baik bagi mereka. Saat ini usia anak-anak saya masih masa kanak-kanak, masa bagi mereka untuk sepuas-puasnya bermain. Pada kenyataannya tidak seperti itu, waktu si sulung banyak dihabiskan di sekolah dan les, belajar dan belajar. Tak jarang dia protes dengan keadaan yang seperti itu, hanya pada hari minggulah dia bebas melakukan apa saja yang dia suka. Dan rasanya satu hari dalam seminggu masih kurang adil bagi dia. Sungguh sesuatu yang baik menurut saya, belum tentu baik bagi anak-anak saya.
Adalah harapan semua orang tua memiliki anak yang pandai, sukses dan bahagia dalam menjalani kehidupan ini. Dan untuk mewujudkannya penuh dengan perjuangan, banyak halang rintang yang akan menghadang. Satu yang pasti, bahwa setiap anak yang terlahir di dunia ini adalah unik. Antara anak yang satu dan yang lain akan berbeda, baik dari kemampuan atau pun minatnya. Hidup adalah permainan, itu menurut dul. Sebuah permainan tentunya memiliki aturan main. Bila berpikir hidup adalah permainan, maka patuhilah aturan main yang ada. Agar permainan ini bisa berjalan dengan aman dan baik.
Catatan kecil ini dikhususkan untuk diri sendiri, jika pun ada yang bermanfaat bagi pengunjung yang kesasar di blog ini, saya ikut senang.. klo tidak, anggap tulisan ini sebagai curhatan seorang ibu dan kamu adalah pendengarnya..Dan untuk itu saya ucapkan terima kasih.. ^_^
Ya, sebaiknya segala sesuatu dikompromikan dengan baik bersama anak, karena terkadang kita sebagai ortu suka 'kekeuh' ini yang terbaik untuk anak, padahal anak merasa gak nyaman menjalaninya..
ReplyDeletebener itu mbak, memaksa kerap menyiksa, kompromi menjadi solusinya...
Delete