Skip to main content

Berkuda Kita di Pulomas

Minggu yang lembab. Hujan turun sedari pagi. Janji mengajak buah hati menikmati hari libur sedikit tertunda. Pulomas yang kami tuju pun harus sedikit menunggu. Sementara di atas sana mentari masih terselubung gumpalan-gumpalan awan kelabu. Hujan telah reda namun mendung masih menggelayut. Tampaknya cuaca sedikit kurang mendukung untuk acara yang akan kami lakukan nanti. Kami pun menanti arak-arakan kelabu menghilang. Jelang siang sendu langit perlahan memudar. Tak kami biarkan kesempatan yang datang. Kami pun segera keluar kandang. Membawa mobil kami melaju di jalan yang cukup lengang. Hati kami pun menjadi senang bukan alang kepalang. Pulomas kami segera datang,

***

Tujuan kami kali ini adalah Pulomas Racecourse and Sports Facilities. Yaitu salah satu gelanggang pacuan kuda yang dimiliki Indonesia. Berlokasi di Jl. Pulo Mas Jaya No. 1 Kayu Putih , Pulo Gadung, Jakarta Timur. Sayangnya saya tidak bisa menjelajahi tempat ini lebih jauh. Hanya sebatas melihat kondisinya dari luar saja. Karena tujuan ke Pulomas memang bukan untuk menilik kondisi kekinian arena pacunya. Melainkan menyambangi area parkir yang terletak di depan gedung Pulomas Racecourse and Sports Facilities. 




Lapangan parkir yang terletak di depan gedung Pulomas Racecourse and Sports Facilities ini oleh sebagian orang dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan, yaitu dengan menyewakan kuda kepada para pengunjung yang memang mencari hiburan berkuda. Satu kuda dikendalikan oleh satu orang joki. Para joki akan saling berebut menawarkan kuda mereka tiap kali pengunjung baru tiba di lokasi parkir. Keberadaan para joki dan kudanya menjadikan lahan parkir pacuan kuda Pulomas sebagai salah satu tujuan wisata dalam kota yang murah, meriah, dan menyenangkan.


Untuk menunggangi kuda yang kita inginkan, kita tidak perlu merogoh kocek terlampau dalam. Cukup dengan Rp 10.000,- kita sudah bisa menikmati hentakan-hentakan kaki kuda dalam satu kali putaran lapangan parkir pacuan kuda. Dengan jumlah rupiah yang harus dikeluarkan, kita sudah dapat merasakan terpaan angin yang memainkan helaian-helaian rambut kuda dan penunggangnya. Atau sekedar merasakan tali kekang yang berada dalam genggaman lalu bertingkah bak seorang pengunggang kuda yang sudah berpengalaman. Nilai sewa relatif murah, tapi kamu sudah bisa membeli pengalaman-pengalaman yang menyenangkan tersebut. 


Sementara anak-anak sibuk menikmati tunggangannya masing-masing. Saya pun menyibukkan diri dengan mencari satu titik yang cukup strategis guna membidikkan mata kamera saya kepada objek yang ingin diabadikan. Tak banyak yang bisa saya abadikan di sini. Saya memutuskan menanti anak-anak di dalam mobil saja. Namun langkah saya seketika terhenti, ketika di kejauhan, saya menangkap seorang bapak tua tengah menemani seekor kuda yang cukup terawat. Kuda gagah itu tampak sedang menikmati rerumputan. Tanpa membuang waktu saya segera bergegas ke arah mereka.


Semakin diperhatikan perbedaan akan semakin tampak bila dibandingkan dengan kuda-kuda yang disewakan para joki tadi. Kuda ini sangat cantik dan terawat. Tidak kotor dan berbau seperti kuda-kuda yang ditawarkan kepada kami. Saya merasa sedikit takut ketika mendekatinya. Saya takut kehadiran saya akan mengganggu si coklat lalu membuatnya mengamuk. Saya pun meminta izin kepada bapak tua untuk mendekati dan mengabadikan binatang yang digembalakannya. Dan memastikan bila kehadiran saya tidak akan menggangu. "Kuda ini akan baik-baik saja," begitu bapak tua menjamin keamanan kami semua. 

Pak Rudi, nama bapak tua penggembala kuda. Dari beliau saya mendapat sedikit informasi mengenai kuda jantan hasil dari perkawinan indukan lokal dengan pejantannya yang berasal dari negeri kangguru sana. Pemilik kuda ini pun bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah salah satu aktor Indonesia. Dikenal melalui peran yang kerap dimainkannya dalam film-film laga tahun 80-an. Lahir dengan nama Hubertus Knoch, di dunia perfilman lebih dikenal dengan sebutan Berry Prima. Kuda ini diberika kepada cucunya yang tinggal di Pulomas Ressidence. Dan pak Rudi yang diberi kepercayaan dalam mengurus kuda tersebut. Pak Rudi sudah dua tahun menjadi pengurus kuda yang cantik ini.


Obrolan ringan saya dengan pak Rudi seketika terhenti oleh kedatangan ketiga bocah. Rupanya mereka telah usai mengelilingi area parkir. Saya pun minta diri kepada pak Rudi lalu melanjtukan kegiatan yang sempat tertunda. 

Rasa senang jelas terpancar di wajah-wajah ceria anak-anak. Rasa bahagia telah merasakan berada di atas punggung kuda ini pun akan berlanjut. Kereta kuda yang menghampiri kami adalah pilihan wahana berikutnya. Tarif yang ditawarkan untuk satu buah delman pun terbilang murah, yaitu hanya Rp25.000,- saja. Dengan harga tersebut kami semua sudah bisa menumpangi kereta kuda sewaan ini. Namun melihat ukuran jumbo badan suami dan saya sendiri, rasanya tidak tega bila kudanya harus kepayahan menarik penumpang seperti kami. Tetapi pak kusir berhasil meyakinkan kami bahwa sang kuda akan baik-baik saja. "it's oke," katanya.


Usai sudah jalan-jalan Minggu ini. Ternyata di tengah menjamurnya mol-mol kelas teri hingga kelas kakap di ibu kota. Pulomas hadir sebagai alternatif pengisi liburan anak nan ekonomis. Tempat ini memberikan beragam kesenangan dengan harga yang sangat terjangkau. Tidak heran bila akhirnya anak-anak tidak pernah bosan untuk kembali lagi. Dan kami dengan senang hati mengikuti, karena satu yang sering dipertimbangkan oleh para orang tua yaitu jumlah rupiah yang harus dikeluarkan bila liburan menuntut hiburan yang komersial. Nah, pacuan kuda Pulomas adalah jawabannya.

***

Rintik hujan tak tampak lagi. Mentari semakin meninggi. Kereta kuda adalah penutup jalan-jalan kali ini. Janji pun telah ditepati. Tak ada tangis yang menghiasi. Kelakar-kelakar segera dihadiri. Di dalam mobil yang tak ingin menepi. Ketiga bocah kembali menagih janji. Janji yang mereka akali sendiri. Tapi khusus hari ini, kami memang telah berjanji. Semua permintaan akan kami turuti. Itu janji kami. Maka perjalanan pun dilanjutkan ke balik tembok-tembok yang tinggi. Ke utaranya Jakarta kami pergi. Menuju Kelapa Gading yang tengah menanti kami.(*)

Comments

  1. Senengnya naek kuda....ank bungsuku suka bgt naek kuda :) slm knal mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama, anak-anakku juga gak ada bosennya naik kuda :)

      salam kenal juga mak..

      Delete
  2. Kudanya gagah banget ..gede pasti ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya gagah mak, kuda itu yg paling gede diantara yg disewakan.. tapi di dalam ada yg lebih gede dari itu...

      Delete
  3. Kuda yg terakhir gedhe banget itu.... Dilatih jadi kuda pacu lumayan juga :))

    Nggak nyangka di antara tingginya mal masih ada wahana andong dan kuda kayak gitu.... Dikota gue juga ada, mengelilingi lapangan dan harganya sama... Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, gede bgt... tapi mnurut pak Rudi (pengasuh kuda) blm sbesar kuda miliknya Prabowo ..

      kotanya di mana?

      Delete
  4. Jadi ingat pas jamannya smp setiap minggu kesini entah untuk lihat lomba kuda atau naik kuda hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh anak jakarta timur juga nich jgn2 ? kalo gitu deketanlah kita :)

      Delete
  5. Mau donk naik kuda, drdlu pengen, baru keturutan naik kuda kudaan doank alias komedi putar....

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo ke JakTim, mampir ke Pulomas mak... murmer :))

      Delete
  6. Wah bagus bgt tulisannya mba Helni.. hayuk mampir ke blogku fennynov.blogspot.com, tapi ya nggak ada apa2nya dibanding ini, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hi fennyyy... ih lg di london ya bu.. senengnya... eu, tulisan ini tulisan di waktu senggang... masih tahap belajar... klo seperti ini udah dibil bagus, malu saya :)... sip... udah sempat intip2 tp blm sepat mninggalkan jejak.. tp sgera...

      Delete
  7. minggu 20 des 15 aku pgen ke sana naik kuda

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Obat TB Gratis, Berobat Yuk

Ketakutan itu masih sering menghantui hari-hariku. Selama Tuberkulosis masih menjadi momok bagi dunia kesehatan, sepertinya susah untuk pura-pura mengatakan aku  rapopo  . Kemudahan penularan dari penyakit akibat kuman Mycobacteriun Tuberculosis salah satu sebabnya.  Beberapa hari yang lalu, bayang-bayang ketakutan itu kembali menghantuiku. Sebut saja mama Riska, beliau adalah pekerja paruh waktu di rumahku. Karena kondisi kesehatan yang menurun, beliau memutuskan untuk mengambil cuti kerja selama dua hari. Terdengar suaranya yang lemah dan batuk-batuk kecil yang menyertainya, menggiring pikiranku pada satu kesimpulan tentang penyakit yang diderita mama Riska. Tuberkulosis, begitulah pikirku saat itu. Sungguh aku terlalu cepat memutuskan mama Riska terjangkiti kuman Mycobakterium Tuberkulosis . Hal ini semakin memperjelas betapa paranoidnya aku. Pengetahuan yang cukup tidak membuat rasa khawatirku berkurang, justru aku semakin waspada terhadap penyakit satu ini. ...

House For Sale

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah kisah singkat karya A.S. Laksana. Karyanya dimuat di salah satu surat kabar harian nasional yang terbit dari Surabaya. Dengan tajuk Dijual : Rumah Dua Lantai Beserta Kenangan di Dalamnya, bercerita tentang sepasang suami isteri yang sedang berada di ambang batas perceraian. Masalah-masalah yang sekiranya dianggap sepele oleh salah satu dari pasangan di dalam cerita ternyata bagi yang lain itu menjadi timbunan-timbunan konflik berkepanjangan. Dan pada akhirnya memaksa keduanya untuk segera mengambil keputusan yang tidak mudah. Mungkin seperti itulah yang bisa saya tangkap dari cerita pendek karya saudara A.S Laksana. Tapi tulisan ini tidak ingin membahas tentang cerpen A.S. Lakasana. Membaca cerpen ini seketika mengusik memori saya yang sudah lama terpendam. Ini menyangkut judul lagu yang diangkat oleh cerpenis. Membawa benak saya pada sebuah rumah yang entah seperti apa kini wujudnya. Rumah dalam kenangan saya tidak sama dengan ruma...

Monetisasi Blog Meningkatkan atau Menurunkan Gairah Menulis

Google benarkah ini?? source pic : google Malam ini tidurku tak nyaman. Gerakan-gerakan tak nyenyak si kecillah yang membuatku membuka mata berulang kali. Tubuhku penat. Lelap pun tak kudapat. Kantukku belum usai namun azan subuh telah berkumandang.  Sedikit malas kuberanjak dari tidurku. Tampak tuan-tuan putri masih terbuai mimpi. Kualihkan pandanganku ke gadget  usangku. Seperti biasa jari-jariku menari diantara aplikasi yang terinstal. Kotak suler menjadi akhir lompatanku. Berharap hari ini ada kabar baik yang akan kuterima. Tak perlu menunggu lama, kotak surat elektronikku pun terbuka. Tatapanku pun segera terpaku pada bagian teratas list inbok  ku. Terbersit harap yang selama ini kudambakan namun segera kuenyahkan. Tak mungkin, pikirku. Namun. Google pun Memberi Jawab source pic : google Selamat!! Sampai pada tahap ini saja mukaku sudah merona. Teringat penolakan-penolakan yang kuterima. Dan pengajuan permohonan Google AdSense (GA) ku yang tanpa ...