[Tanya]Selama Ramadhan Harus Berapa Kali ke Mall

Di sebuah pusat perbelanjaan. Bu Henny sibuk mencari keperluan untuk menghadapi hari raya yang sebentar lagi tiba. List belanjaannya panjang dan rinci. Mulai dari kebutuhan sang buah hati hingga pesanan sang suami. Mulai dari pakaian dalam hingga pakaian luar. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Secara cermat ditulisnya dengan jelas di atas secarik kertas yang terlipat rapi. Biasanya bu Henny hanya sebulan sekali menginjakkan kaki di pusat-pusat perbelanjaan. Tapi khusus di bulan penuh rahmat ini kunjungan bu Henny ke pusat-pusat perbelanjaan bisa berulang kali. Itu pun selalu saja terasa ada yang kurang.
sumber gb : https://simfonikehidupan.wordpress.com/

Hal semacam itu mungkin tidak hanya dialami oleh bu Henny saja. Hari Raya Idul Fitri selalu identik dengan pakaian baru. Makanan yang melimpah ruah. Menjadikan jelang hari raya konsentrasi masyarakat cendrung teralihkan ke pusat-pusat perbelanjaan. Tak pelak mall-mall, pusat-pusat grosir, atau pun pasar-pasar tradisional akan dipadati oleh banyak pengunjung. Bila tak paham benar keperluan apa yang akan dibeli. Tempat apa yang harus dituju. Model apa yang diinginkan. Dan tak mengenal nilai dari sebuah barang di pasaran. Maka kegiatan konsumtif ini tidak berjalan lancar. Bisa jadi setelah membeli barang yang dibutuhkan justru melahirkan penyesalan kemudian.

Gaya hidup. Bila ini menyangkut gaya hidup maka perlu adanya batasan-batasan jelas terhadap kegiatan konsumtif di bulan Ramadhan ini. Jangan sampai ketika melihat diskon-diskon yang mentereng lalu menjadi kalap. Jangan sampai ketika THR cair lekas-lekas menghamburkannya secara brutal tanpa ada perhitungan. Sebaiknya sikapi euforia ledakan pendapatan ini dengan bijak. Untuk itu mari kita sapa dulu bagaimana prinsip-prinsip ekonomi melihat gaya konsumtif masyarakat di bulan Ramadhan.

Secara deinisi prinsip dalam kegiatan konsumsi adalah dasar berfikir memperoleh kepuasan sebesar-besarnya dari satu barang atau jasa dengan anggaran atau pengorbanan tertentu. Atau, dengan anggaran dan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, diperoleh kepuasan dari barang atau jasa tertentu. Dan penerapan prinsip ekonomi dalam kegiatan konsumsi meliputi :

  • Membeli barang dengan kualitas bagus.
  • Membeli barang dengan harga murah.
  • Memilih barang sebelum membelinya.
  • Membeli barang sesuai kebutuhan.
  • Membuat daftar kebutuhan barang dengan skala prioritas.

Ramadhan tidak hanya dinanti oleh orang-orang sholeh tetapi juga sangat dinanti oleh para pelaku ekomomi. Karena Ramadhan bagi mereka adalah waktu yang tepat untuk meraup laba. Pada bulan kesembilan di tahun Hijriah inilah terjadinya salah satu fenomena perputaran uang dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Lalu lintas fulus meningkat tajam. Permintaan sebuah barang melonjak naik. Bila tak cermat-cermat mengatur pengeluaran maka setelah lebaran yang tersisa hanya baju raya di badan.

Tak ada larangan mengisi Ramadhan dengan berjibaku dalam tawar menawar harga di pasar. Menghamburkan rupiah di mall-mal besar. Atau melaluinya dengan rasa lelah dalam perjalanan pulang ke kampung halaman. Karena memang begitulah Ramadhan di negeriku ini. Penuh keriuhan. Beragam cerita pun mengiringinya. Pertemuan dengan kawan lama. Silaturahmi yang kembali terjalin. Berbagi dengan fakir miskin. Namun sayangnya kisah-kisah buram pun ikut meramaikan riuhnya Ramadhan. Seperti tindak kejahatan yang kerap mengintai siapa saja. Penjambretan, perampokan yang lebih seram lagi bila harus berakhir dengan pembunuhan. Sadis. Hati-hati jelang hari raya tiba kriminalitas merajalela.

Tak juga salah bila Ramadhan diisi dengan peningkatan ibadah. Karena pada hakikatnya Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan penuh rahmat, dibukanya pintu-pintu langit, dilipat gandakannya amal-amal shaleh, adanya malam seribu bulan. Begitu banyaknya keistimewaan yang bisa kita temui dalam bulan Ramadhan. Maka wajar bila sebagai seorang muslim memanfaatkan waktu terbaiknya dalam mencari keridhoan sang khalik. Tapi sayang beribu sayang, masjid-masjid akan penuh sesak pada permulaan Ramadhan saja. Menginjak pertengahan Ramadhan jumlah jamaah masjid mulai berkurang. Lalu mendekati penghabisan ramadhan barulah tampak mereka yang benar-benar merindukannya. 

Tidak ada tedensi apa-apa di dalam penulisan. Karena umumnya kita pandai berteori tapi gagal dalam bertindak. Katakanlah ini salah satu cara penulis dalam berkontemplasi setelah lelah memenuhi kebutuhan hari raya nanti. Dan prinsip ekonomi perlulah dipertimbangkan bila hasrat berbelanja begitu menggebu. Tetapi ibadah jangan pula dilupakan. :))

Semoga bermanfaat!!


bahan bacaan : http://www.pengertianahli.com/2014/08/prinsip-prinsip-ekonomi.html



Related Posts

7 comments

  1. Secara pribadi saya sukses mengendalikan konsumerisme jelang lebaran, tapiii... dikantor justru lagi bagi2 paket lebaran dan tugas saya belanja. Tetep ya ngemall :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. asikkk ngmall juga donk bu.. :))

      Delete
  2. Belum pernah ke Mall selama ramadhan ini. Paling jauh ke supermarket yang gak jauh dari kontrakan.

    ReplyDelete
  3. mama ku engga suka ke mall mba suka nya ke warung terdekat saja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh gitu ya .. ternyata budaya konsumtif tidak hanya terjadi di mall tp di warung terdekat pun bisa ya :))

      Delete
    2. oh gitu ya .. ternyata budaya konsumtif tidak hanya terjadi di mall tp di warung terdekat pun bisa ya :))

      Delete

Powered by Blogger.