Jelajah Indonesia dalam Tempo Singkat

Kamis (14/05), pukul dua siang, ketika perut sudah terisi cukup, anak-anak tidak rusuh, tangki bensin terisi penuh, dan mulut-mulut tak mengeluarkan keluh, maka itulah saatnya bagi kami untuk kembali menyapa TMII di hari libur yang tinggal separuh. 

Ingress, game satu ini kerap berhasil menarik kami keluar dari rumah. Sebagai permainan yang berbasis Augmented-Reality (AR) mengharuskan para agent (pemain) menjelajahi banyak tempat yang dicurigai memiliki portal (pos-pos yang mengandung energi dalam bentuk Excotik Matter). Konon permainan yang menggabungkan dunia maya dan dunia nyata ini bisa dijadikan alternatif menurunkan berat badan yang sudah berlebih. Ada juga yang bilang sebagai sarana dalam memperluas pergaulan. Atau bisa juga memanfaatkan komunitas ini menjadi jalur koneksi dalam berbisnis. Apa pun alasan terjun ke dunia yang dibuat rusuh dengan perebutan XM (Excotik Matter) adalah sah-sah saja. Selama tidak merugikan lingkungan, keluarga atau bahkan diri sendiri tidak akan menjadi masalah. Lain lagi ceritanya bila game ini menuntut banyak perhatian hingga menuai kelalaian dalam banyak hal, menjadi kecanduan hingga lupa dengan anak-bini, lupa makan, lupa tidur atau lupa bernapas. Ckck.. , jika sudah seperti itu BAHAYA jadinya. Dan karena ingresslah kami kembali mengunjungi TMII.

Tanggal merah yang jatuh di hari kamis menjadikan libur akhir pekan sedikit lebih panjang dari biasanya. Banyak tempat-tempat wisata dipadati oleh pengunjung. Begitu pun dengan TMII kali ini, meskipun tidak sepadat jalanan yang menuju ke puncak dan tidak seramai seperti Dufan Ancol. Namun TMII masih menjadi pilihan yang patut diperhitungkan sebagai media memperkenalkan kebudayaan dan kekayaan alam nusantara.

TMII merupakan pilihan yang edukatif dalam mengisi liburan anak. Anggaran yang harus disediakan pun tidak terlampau besar. Untuk bisa masuk ke kawasan TMII nilai yang harus dikeluarkan di pintu masuk hanya Rp 10.000,- per orang dan Rp 10.000,- untuk kendaraan beroda empat. Beragam wahana pun disediakan di kawasan wisata yang bertemakan budaya Indonesia ini. Sebut saja kereta gantung (skylift), kereta "aeromovel", balon raksasa dan sebagainya. Dan yang tak kalah menarik adalah anjungan-anjungan yang menggambarkan secara rinci adat istiadat yang dimiliki setiap daerah di negeri ini.

Kami ditekan waktu di antara ragam pilihan menarik yang disediakan TMII. Tak mungkin kami melahap semua wahana yang disajikan dalam waktu singkat. Tapi tak bisa juga memaksa anak-anak mengikuti kemauan orang dewasa. Memberi pilihan disertai penjelasan mungkin bisa menyelamatkan keadaan. Sedikit perdebatan tak jadi masalah karena pada akhirmya memperolah satu suara yang disepakati bersama. Menyelamatkan kondisi agar tetap dijalur yang aman itu lebih penting tinimbang memaksakan yang tidak mereka suka. Maka setelah sedikit perdebatan, kaki pun menulusuri trotoar jalan, mencari museum-museum yang ada di TMII yang menjadi tujuan awal kami.


Perjalanan ini kami mulai dari sisi kanan gedung Sasono Utomo lalu menuju ke Museum Indonesia. Dibangun dengan nuansa Bali menjadikan museum ini kerap dijadikan latar sebuah foto. Kami hanya berfoto saja di sini, dan langkah-langkah kecil pun dilanjutkan kembali menulusuri trotoar jalan. Daun-daun kering terserak di tepian. Pohon-pohon cemara menghiasi sebagian sisi. Disamping kami kini berdiri anjungan Bengkulu. Tampak patung gajah yang menarik minat ketiga bocah. Jadilah kami menilik tempat bersuanya presiden pertama RI dengan wanita yang menjadi ibu anak-anak beliau.


Setelah puas mengabadikan beragam gaya dengan beragam latar, kami kembali menulusuri tepian jalan. Kaki-kaki mungil itu tak lelah melangkah. Tak lama kaki bergerak, kembali di sisi kami menantang anjungan Jambi. Provinsi yang terletak di pesisir timur di bagian tengah pulau Sumatera. Satu daerah yang pernah saya jejakkan di masa lampau adalah Singkut. Yaitu sebuah kecamatan yang ada di Jambi. Namun anak-anak hanya melayangkan sekilas pandangan mereka lalu kembali melanjutka gerak kaki yang sempat terhenti. Sebuah penunjuk arah menunjukkan letak taman burung. Ke situlah tujuan mereka teralihkan. Sehingga museum penerangan atau pun anjungan Riau belum mampu menarik minat mereka. Kecuali anjungan Sumatera Barat yang berada tidak jauh dari anjungan Riau. Kenapa? Karena kukatakan pada mereka, "siapa yang mau mampir di kampung ibu?" Bila ini menyangkut wanita yang melahirkan apakah ada anak yang sanggup menolak? :D

Waktu memang sedari awal mengapit kami. Membatasi ruang gerak kami. Memaksa kami mengakhiri petualangan yang belum terselesaikan. Jarak yang kami tempuh untuk sampai ke taman burung cukup jauh. Bila kaki yang kami gunakan untuk sampai ditujuan, maka kami memerlukan lebih banyak tempo. Tapi apa lacur waktu memang tak mau diajak kompromi. Jadilah anjungan Sumatera Barat menjadi garis finis di hari kamis. [*]  

Related Posts

9 comments

  1. iya ya di TMII bisa mengelilingi Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. miniaturnya mbak.. lumayan mewakililah :)

      Delete
  2. Hahaha.... Tmii kalau tutup jam berapa emang mbak? Belum pernah kesana ee...

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh jam brp ya.. hm coba cek di http://www.tamanmini.com/ ... sempetin maenlah :)

      Delete
  3. Liburan kemarin saya juga mengunjungi TMII Jeng. Saya main ke Anjungan Bali... trus naik kereta gantung... Momong Anak... hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. pengennya ke anjungan bali juga tp gak sempat.. samalah kita, momong anak .. :D

      Delete
  4. Jalan-jalan di pulaunya aja... kunjungan pertama gan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iy dech kpn2 jln langsung ke pulaunya.. sip ...

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete

Powered by Blogger.