credi Kabut tipis masih terlihat di sepanjang jalan komplek tua. Motor ku pacu sedikit laju. Pagi yang selalu sibuk. Dengan dua putri yang bersekolah di tempat yang berbeda membuat ku selalu berkejaran dengan waktu. Aku tak tega bila harus memaksakan motor ringkihku menghajar jalanan dengan brutal. Tapi aku tak ada pilihan. Karena waktu tak pernah mau menunggu. Jadilah pagiku selalu dilalui dengan riuh. Kali ini kami berangkat sedikit lebih pagi. Tentu itu karena aku akan berkunjung ke salah satu toko swalayan terdekat. Sebenarnya aku lebih berminat membelikan anak-anakku panganan tradisional untuk bekal mereka tinimbang ragam jajanan yang disediakan toko swalayan. Tapi apa lacur susu tidak disediakan oleh acil langgananku. Jadilah pagi itu kami menjejakkan kaki ke toko yang menjadikan lebah sebagai maskotnya. Sesampainya di dalam anak-anak segera berpencar mencari panganan yang mereka suka. Aku memantau apa saja yang boleh mereka ambil. Ada beberapa pantangan yang tidak boleh...