Skip to main content

Dia, Kakak Laki-Laki Ku

Patriot...

Terbayang  seseorang yang memiliki keberanian yang luar biasa dalam membela sebuah kebenaran hingga tetes darah penghabisan. Tujuan yang mulia tapi sayang bila harus diwarnai dengan tetesan darah. Mungkin itu berlaku ketika peperangan masih sering terjadi di atas bumi pertiwi ini, ketika menegakkan kebenaran harus mengorbankan beberapa jiwa ksatria. Jadi teringat kunjungan saya ke monumen nasional beberapa waktu yang lalu, bermain sambil belajar, sebisa mungkin seperti itulah yang saya coba terapkan kepada kedua buah hati saya. Mengunjungi monas, melihat kembali diorama sejarah Indonesia. Menelusuri perjalanan sejarah Indonesia mulai dari zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit hingga berakhir pada masa orde baru. Mengenang kembali perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air tecinta Indonesia dari tangan para penjajah. Sungguh itulah jiwa patriot yang sebenarnya, berani, pantang menyerah dan rela berkorban. 

Maka jiwa mana yang cukup heroik di dalam kehidupan saya? Selain kedua orang tua saya tentunya, ada satu jiwa yang cukup berperan penting dalam kehidupan saya. Terlahir sebagai lelaki sendiri diantara tujuh saudara perempuannya, darah minang yang mengalir menjadikannya mamak bagi keponakan-keponakannya. Di dalam pepatah Minangkabau, ada ungkapan anak dipangku kamanakan dibimbiang, ungkapan ini erat kaitannya dengan tatanan kehidupan berkeluarga sehari-hari dalam masyarakat Minangkabau. Tugas seorang laki-laki dalam keluarga tidak hanya bertanggung jawab kepada anaknya sendiri tetapi juga terhadap keponakan-keponakannya. Peran ini pula yang menjadikannya sebagai penentu dari keberlangsungan sebuah pernikahan. Sebelum ninik mamak maangguak (mengangguk), pernikahan belum bisa dilangsungkan. 

Memiliki dua puluh keponakan, dua diantaranya adalah buah hati saya. Memaksa dia harus menjadi seorang patriot keluarga. Membimbing dan mendidik dua puluh kepala agar tidak menyimpang dari ajaran-ajaran adat istiadat tidaklah mudah. Tapi itulah tugas mu kakak ku, tugas seorang mamak kepada keponakan-keponakannya. 

Jarak yang terpaut cukup jauh antara saya dan kakak perempuan pertama saya, membuat saya menyaksikan pernikahannya ketika saya masih duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar. Masih segar ingatan saya akan perhelatan perkawinan (baralek) yang meriah. Adat istiadat yang masih kental. Tapi seiring waktu adat istiadat ini mulai terkikis. Peran ninik mamak pun mulai terabaikan. Perlu sikap yang tegas untuk bisa memerankan kembali peran ninik mamak di tengah gencarnya serangan budaya asing. Tapi pasti bisa, sebagaimana yang pernah kamu lakukan pada tanggal 12 desember 2004 dulu kakak ku. Kau mengerti apa yang aku maksud?

Iya, kaulah patriot itu kakak ku. Terima kasih untuk yang telah kau lakukan pada hari yang sangat bersejarah bagiku. Kau layak aku jadikan sebagai seorang patriot, bukan karena kau telah menghunuskan pedangmu, bukan juga karena kau telah mengalahkan musuhku, bukan. Tapi karena kehadiranmu lah kakak ku. Ah, kau pasti mengerti apa yang aku maksud. Terima kasih kakak ku sayang. luv u. ^^


Comments

  1. Terharu :)
    Kasih sayang kakak adik tak tergantikan, walau kadang suka ada bertengkarnya juga ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bu , sehebat apa pun pertengkaran ikatan darah itu gak bisa diputus...
      walau akan ada jarak yang tercipta, kalo seperti itu sangat disayangkan :(

      salam kenal bu :)

      Delete
  2. selalu iri kalau denger kisah tentang kaka, karena saya tidak punya kaka. tapi dari kisah itu saya jadi bisa bersyukur karena saya ditakdirkan untuk menjadi kakak, yang berarti juga harus bisa jadi patriot buat adik saya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, betul..betul...begitulah menjadi kakak pertama ..:)

      makasih sudah mampir, salam kenal ^^

      Delete
  3. Makasih mbak Helni.. sudah turut menyemarakkan Tasyakuran Sang Patriot

    salam kenal ya

    ReplyDelete
  4. Juri berkunjung...

    Terima kasih atas partisipasinya di Syukuran Bulan Maret ya Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo mas juri....

      iya, sama-sama mas..selamat menikmati :)

      Delete
  5. Anonymous3:59 pm

    Hai Mbak, terima kasih atas partisipasinya ya. Dapat salam tuh dari Om Bob yang lagi nyanyi di blog saya. Hehehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. dua sejoli yang kompak ..... haha..om bob aku pada mu ^_^

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Obat TB Gratis, Berobat Yuk

Ketakutan itu masih sering menghantui hari-hariku. Selama Tuberkulosis masih menjadi momok bagi dunia kesehatan, sepertinya susah untuk pura-pura mengatakan aku  rapopo  . Kemudahan penularan dari penyakit akibat kuman Mycobacteriun Tuberculosis salah satu sebabnya.  Beberapa hari yang lalu, bayang-bayang ketakutan itu kembali menghantuiku. Sebut saja mama Riska, beliau adalah pekerja paruh waktu di rumahku. Karena kondisi kesehatan yang menurun, beliau memutuskan untuk mengambil cuti kerja selama dua hari. Terdengar suaranya yang lemah dan batuk-batuk kecil yang menyertainya, menggiring pikiranku pada satu kesimpulan tentang penyakit yang diderita mama Riska. Tuberkulosis, begitulah pikirku saat itu. Sungguh aku terlalu cepat memutuskan mama Riska terjangkiti kuman Mycobakterium Tuberkulosis . Hal ini semakin memperjelas betapa paranoidnya aku. Pengetahuan yang cukup tidak membuat rasa khawatirku berkurang, justru aku semakin waspada terhadap penyakit satu ini. ...

House For Sale

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah kisah singkat karya A.S. Laksana. Karyanya dimuat di salah satu surat kabar harian nasional yang terbit dari Surabaya. Dengan tajuk Dijual : Rumah Dua Lantai Beserta Kenangan di Dalamnya, bercerita tentang sepasang suami isteri yang sedang berada di ambang batas perceraian. Masalah-masalah yang sekiranya dianggap sepele oleh salah satu dari pasangan di dalam cerita ternyata bagi yang lain itu menjadi timbunan-timbunan konflik berkepanjangan. Dan pada akhirnya memaksa keduanya untuk segera mengambil keputusan yang tidak mudah. Mungkin seperti itulah yang bisa saya tangkap dari cerita pendek karya saudara A.S Laksana. Tapi tulisan ini tidak ingin membahas tentang cerpen A.S. Lakasana. Membaca cerpen ini seketika mengusik memori saya yang sudah lama terpendam. Ini menyangkut judul lagu yang diangkat oleh cerpenis. Membawa benak saya pada sebuah rumah yang entah seperti apa kini wujudnya. Rumah dalam kenangan saya tidak sama dengan ruma...

Monetisasi Blog Meningkatkan atau Menurunkan Gairah Menulis

Google benarkah ini?? source pic : google Malam ini tidurku tak nyaman. Gerakan-gerakan tak nyenyak si kecillah yang membuatku membuka mata berulang kali. Tubuhku penat. Lelap pun tak kudapat. Kantukku belum usai namun azan subuh telah berkumandang.  Sedikit malas kuberanjak dari tidurku. Tampak tuan-tuan putri masih terbuai mimpi. Kualihkan pandanganku ke gadget  usangku. Seperti biasa jari-jariku menari diantara aplikasi yang terinstal. Kotak suler menjadi akhir lompatanku. Berharap hari ini ada kabar baik yang akan kuterima. Tak perlu menunggu lama, kotak surat elektronikku pun terbuka. Tatapanku pun segera terpaku pada bagian teratas list inbok  ku. Terbersit harap yang selama ini kudambakan namun segera kuenyahkan. Tak mungkin, pikirku. Namun. Google pun Memberi Jawab source pic : google Selamat!! Sampai pada tahap ini saja mukaku sudah merona. Teringat penolakan-penolakan yang kuterima. Dan pengajuan permohonan Google AdSense (GA) ku yang tanpa ...