Ruang Tunggu

Kamis, 24 April 2014, aku mengalami kecelakan tunggal. Karena kecerobohan diri sendiri, mengambil celah tanpa mengurangi kecepatan motor. Naas bagiku, roda motor menghantam trotoar dan membuat aku terpental lalu tersungkur di jalanan beraspal. Lututku bengkak, seharian aku habiskan waktu dengan berbaring. Selama itu pun ku menanti kepulangan suamiku dari tempat kerjanya. Berharap rasa sakit ini sedikit berkurang dengan kehadirannya di sampingku.

Aku masih terbaring ketika suara motor suamiku memasuki pekarangan rumah kami. Sakit yang kurasakan membuat aku tidak menyambut kedatangan sang kekasih. Tentu saja itu tidak masalah bagi dia. Terdengar langkah kakinya yang sedikit terburu-buru. Tak lama, aku pun melihat wajah khawatir itu. Bertanya dia akan kondisiku, wajah lelah tidak mengurangi rasa cemas yang melanda dirinya. Dibalik senyumnya terlihat rasa sesal akan kejadian naas yang menimpaku. Penat setelah seharian berjibaku dengan rutinitas kantor, membuat tubuh gedut itu pun ikut rebah di sisi tidurku. Tangan besarnya menggenggam mesra tanganku, lalu bibirnya pun mendaratkan sedikit kecupan di keningku. 

Sikap manismu terhadapku membuat lebam di lutut telupakan. Kamu selalu mengerti aku. Perhatianmu kali ini menampar egoku. Kau pojokkan aku sedemikian rupa, menggiring pikiranku ke masa-masa indah dulu. Ketika awal-awal perkenalan kita, sepuluh tahun yang lalu. Banyak tempat yang telah kita singgahi. Tapi ada satu tempat yang cukup berkesan bagiku, bukan juga tempat romatis. Tidak sayang, tidak ada keromantisan di sana, kehadiran kita yang mengubahnya menjadi bermakna. Cerita yang kita torehkan padanyalah yang membuat aku mengenangnya kembali. 

ruang tunggu stasiun Hall Bandung

Kamu ingat tempat itu sayang? Iya, sebuah stasiun di kota Bandung. Ada dua bangunan di situ. Bangunan lama dan bangunan baru. Dua bangunan menjadi satu, lintasan kereta memisahkan keduanya. Kondisi bangunan baru lebih bersih dibandingkan bangunan yang berada di seberangnya, mungkin karena wajah barunya membuat penampilannya lebih segar tinimbang bangunan tua pendampingnya. Dua bangunan ini menjadi saksi bisu kisah cinta kita. Ah, aku jadi teringat kembali kenangan yang kita buat bersama.

Menunggu kedatangan kereta yang akan membawa mu ke Jakarta, menjadikan ruang tunggu terbuka sebagai pilihan favorit kita. Aku dan kamu lebih memilih duduk diantara bangku-bangku berderet sembari menyantap kudapan favoritmu, jagung manis. Iya, di pojok kanan ruang tunggu penumpang terdapat counter daily fresh, menyediakan jagung manis dengan berbagai rasanya. Lalu tidak jauh dari situ, restoran siap saji dengan makanan khas dari negeri matahari terbit akan memanjakan perut kala rasa lapar menyerang. Atau pilihan kita akan jatuh pada sayap kiri ruang tunggu, restoran dengan berbagai pilihan donatnya. Soal makanan tidak perlu dikhawatirkan di sini. Begitu pun masalah harga. Di seberang sana, tepatnya di luar gedung lama stasiun Hall Bandung banyak terdapat penjaja makanan dengan harga yang merakyat. Bila uang saku kita tidak cukup untuk membeli kudapan favoritmu, maka jajanan murah meriah inilah yang menjadi pilihan kita.

Kamu masih ingat sayang? Suara bising kereta-kereta itu dan bunyi pluit petugas ppka, semakin membuat hatiku gundah gulana. Melepas kepergiannmu barang sehari dua hari tampaknya bukan perkara mudah bagiku. Saat itu kamu terlampau memanjakanku, membuat diri ini semakin berat untuk berpisah walau sejenak. Tak jarang aku harus menahan air mataku agar tidak terjatuh membasahi pipi. Kalo sudah begitu, kamu akan mengolok-ngolokku. Bukan tawaku yang kamu dapat, tapi air mataku yang tidak terbendung lagi. Mengalir cepat seperti waktu yang enggan melambat. Entahlah, dulu begitu mudahnya aku menangis untukmu.

Lain waktu aku harus menunggu kepulanganmu. Kembali aku berada di ruang tunggu terbuka stasiun Hall Bandung. Bila beruntung, aku akan duduk di salah satu bangku-bangku berderet. Bila ruang tunggu penuh sesak oleh penjemput, penghantar atau penumpang kereta, aku akan memilih berdiri di salah satu pojok ruang tunggu stasiun. Mengamati orang-orang yang silih berganti datang dan pergi. Dengan beragam keperluan, beragam wajah, tapi dalam penantianku semua tampak berubah. Kebahagiaanku mengubah mereka semua, muka yang masam pun terlihat manis, tampang sangar berubah ramah, gedung tua di seberang sana akan tampak lebih mempesona dari biasanya. Kesan suramnya akan hilang dengan seketika, tergantikan dengan romantisme masa lalu. Betapa bahagianya aku ketika kita akan berjumpa kembali.

Terkadang jadwal kereta yang tidak tepat, menunda waktu berjumpa kita. Aku pun akan melarikan pandanganku ke toko buku yang berada di belakang deretan bangku-bangku itu. Bukan untuk membeli, sekedar melihat buku-buku tersebut cukuplah bagiku. Harganya terlalu mahal untuk kantong mahasiswi seperti aku. Atau aku akan berkeliling sekedar mengintari ruang tunggu lalu duduk kembali atau berdiri di posisi favoritku, pojok kiri bagian depan. Dari situ aku akan mudah mencari senyummu yang selalu mengembang bila mata kita saling bertemu.

Dalam penantianku suara riuh stasiun kereta menjelma menjadi alunan melodi-melodi cinta. Hatiku berdegup seiring waktu yang terus beranjak. Kereta yang tak kunjung datang tidak membuatku bermuram durja. Sudah terbayang pertemuan kita yang menyenangkan, jadi tidak ada alasan bagiku untuk menekuk wajah manisku. Kereta Parahyangan yang membawamu dari Jakarta pasti akan tiba, hanya masalah waktu saja. 

Pengeras suara itu pun memberitahu kedatangan kereta yang membawamu, aku sangat senang sekali. Segera aku beranjak dari posisiku semula. Mencari tempat strategis untuk menyambut kedatanganmu. Dari tempatku berdiri tampak penumpang berduyun-duyun turun dari kereta. Sedikit susah mencarimu di tengah keramaian itu, otot mataku berkerja lebih keras, memperhatikan satu demi satu orang yang lalu lalang di depan sana. Hingga pandangan kita pun beradu, ada rindu yang sama-sama kita simpan. Senyummu adalah sapaan pertama untukku. Kamu berjalan mendekatiku, ingin rasanya aku segera berlari dan memelukmu. Tapi kucoba untuk menahannya. Inilah waktu yang sangat kunantikan. Menunggumu menghampiriku, lalu memelukku. Ah, sayang masih ingatkah kamu?

Lalu kini aku mengenang kisah kita kembali. Melalui tulisan sederhana ini ku coba menempuh perjalanan waktu yang cukup panjang. Ingatanku yang mulai berkarat dan kemampuan menulis yang masih hijau belum bisa menggambarkan kisah kasih yang terjalin secara sempurna. Jalinan kasih ini terlalu berharga bagiku. Rasanya enggan bila kisah ini aku bagi dengan yang lain. Tapi aku takut ketika kita menua nanti, kisah cinta kita akan terlupa begitu saja. Aku tidak ingin seperti itu, maka mulailah aku menulisnya walau dengan tertatih tatih aku merangkai kata-kata yang sukar aku temukan. 

Lalu tentang tempat itu sayang, ah stasiun itu masih berdiri dengan kokohnya, begitu pun dengan ruang tunggu tempat kita bercengkrama. Kapan pun kita bisa kembali berkunjung untuk mengenang dan mengumpulkan keping-keping kerinduan pada masa-masa indah dulu. Dan kuharap dengan membaca kisah ini, kenangan itu akan terasa lebih hidup. 




sumber gambar dari :
http://momonchubby.wordpress.com/2011/03/08/pt-kertas-padalarang-kebanggaan-yang-terlupakan-part-1/

Related Posts

10 comments

  1. romantis sekali.....like it

    ReplyDelete
  2. Waaa emang bener. ROmantis bingit :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah mak lusiana, makin membuat saya malu ini namanya... #tutup muka

      :))

      Delete
  3. stasiun kota bandung yang menghadirkan berjuta kisa kenangan yang tak terlupakan.....luarbiasa...selamat berlomba ya...semoga menjadi yg terbaik....keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih....

      salam juga dari jakarta :))

      Delete
  4. romantis sekaliii....

    ReplyDelete
    Replies
    1. masa sich :D

      makasih udah mampir :))

      Delete
  5. Saya juga pernah mengalami nih, tp yg nunggu calon suami bukan saya, saya pulkam dua bulan sekali :)

    Terima kasih sudah berpartisipasi di GA ini ya, good luck.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kebalikan kita mbak... hehe

      iya, sama2 :)

      Delete

Powered by Blogger.