Bila harus berkunjung ke dokter satu yang selalu saya coba hindari adalan anti biotik.
Saya akan berkunjung ke dokter salah satunya jika panas sikecil tidak kunjung reda selama tiga hari. Itulah saatnya si kecil berhak memperoleh pemeriksaan lebih lanjut. Saya tidak akan membawa anak saya ke dokter jika panas yang diderita masih bisa diatasi dengan paracetamol. Meskipun aman dalam dosis standar, saya masih harus berpikir ulang bila harus memberikannya kepada si kecil . Memperbanyak minum air putih salah satu cara yang saya gunakan agar tidak terburu-buru menggunakan obat analgesik tersebut.
Berkunjung ke klinik-klinik kesehatan tidak jarang akan membawa buah tangan berupa anti biotik. Iya, anti biotik kerap menjadi salah satu solusi yang diberikan oleh tenaga medis di Indonesia. Sedikit berat memberikan antibiotik ini kepada si kecil. Mengingat antibiotik harus dihabiskan dan diminum secara tertib. Bila tidak, si kecil akan resistan terhadap obat tertentu.
Trus apa sich yang dimaksud dengan resistan terhadap obat?
Resistensi obat adalah ketika virus, bakteri atau parasit lainnya tidak lagi mempan terhadap obat yang sebelumnya mampu membunuh perkembangan mereka. Banyaknya obat yang harus dikonsumsi oleh penderita suatu penyakit merupakan salah satu peluang terjadinya kekebalan terhadap obat tersebut.
Pada penyakit menular resistan terhadap obat masih menjadi tantangan bagi dunia kesehatan, begitupun Tuberkulosis. Lamanya waktu terapi yang harus dilalui merupakan kendala tersendiri bagi si penderita. Kepatuhan dan kedisiplinan dalam menjalankan proses terapi adalah kunci kesembuhan TB. Menurut WHO global report 2013, Indonesia berada di posisi ke 8 dari 27 negara yang tersandung kasus TB resistan obat. Data menunjukan 1,9 % dari kasus tersebut adalah baru, sedangkan mencapai 12 % karena adanya kelalaian terhadapa pengobatan terdahulu. Adanya pengobatan yang tidak adekuat menyebabkan prevelan TB resistan OAT di Indonesia meningkat.
Pengertian Turbekulosis resistan obat, TB MDR dan TB XDR
1. TB resistan obat adalah tuberkulosis yang telah mengalami kekebalan terhadap obat anti tuberkulosi (OAT)
2. Multi Drug Resistant Tuberkulosis ( MDR TB / TB MDR) adalah TB resistan obat terhadap minimal dua obat anti TB atau disertai resistan terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid.
3. Extensively Drug Resistant Tuberculosis ( XDR TB / TB XDR ) adalah TB MDR disertai kekebalan terhadap obat anti TB lini kedua yaitu golongan fluorokunolon dan setidaknya satu obat anti TB lini kedua suntikan seperti kanamisin, amikasin atau kapreomisin.
Beragam sebab yang membuat terjadinya resistan terhadap obat anti TB (OAT) , diantaranya :
1. Ketidak disiplinan penderita dalam melakukan terapi, panjangnya waktu terapi terkadang membuat pasien lelah akan pengobatan tuberkulosis. Selama jangka waktu yang telah ditentukan, setiap hari suspek TB harus melakukan terapi di fasilitas layanan kesehatan masyarakat yang ditunjuk. Keberadaan PMO (Pemantau Minum Obat) sangat diharapkan peran aktifnya dalam membantu kesembuhan pasien secara total.
2. Merasa telah ada perubahan yang cukup signifikan terhadap diri si penderita seperti adanya penambahan berat badan, sehingga pasien memutuskan secara sepihak untuk menghentikan terapi yang sedang berjalan. Keputusan ini justru akan membuat Mycrobacterium Tuberculosis menjadi kebal terhada obat anti TB. Akibatnya jangka waktu terapi akan semakin panjang, obat-obat yang dikonsumsi pun akan lebih banyak dan efek samping dari obat pun lebih berat.
3. Penggunaan paduan obat anti Turbekulosis (OAT) yang tidak adekuat.
4. Tertular suspect yang resistan terhada obat anti Tuberkulosis.
5. Sakit TB yang berulang dan memilki riwayat pengobatan sebelumnya.
6. Lamanya pasien terinfeksi disebabkan keterlambatan diagnosa TB MDR
Pencegahan terhadap TB MDR dapat dilakukan melalui beberapa cara sbb :
1. Dengan mendiagnosis secara dini setiap pasien yang diduga resistan terhadap obat anti TB (OAT). Pengobatan harus selalu didampingi oleh PMO guna memantau kepatuhan dan ketuntasan menjalankan terapi hingga pasien dinyatakan telah benar-benar terbebas dari Mycrobacterium Tuberculosis.
2. Pengobatan TB harus dilakukan sesuai dengan paduan tatalaksana penyembuhan TB.
3. Menjaga lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi yang baik dan sinar matahari yang cukup.
Pemberantasan tuberkulosis menjadi salah satu indikator dalam pencapaian MDG-6 pada tahun 2015 nanti. Adanya TB MDR menjadikan pencapaian target MDG-6 terasa lebih sulit. Walaupun begitu TB MDR masih bisa disembuhkan. Kesembuhan bisa di dapat bila pasien patuh dan tertib dalam menjalankan terapi. Jangka waktu terapi memang akan lebih panjang dari biasanya, berkisar 18 s/d 24 bulan, obat-obatannya lebih kompleks dengan efek yang lebih berat. Perlu kesabaran dan disiplin tinggi dalam menjalankan terapi yang ada.
Seandainya Tuberkulosis bisa disembuhkan hanya dengan memperbanyak minum air putih, maka TB dapat dengan mudah diberantas sampai ke akar-akarnya. Tetapi pada kenyataannya tidak ada pilihan kecuali mematuhi prosedur kesehatan demi tercapainya kesembuhan secara total.
kebanyakan minum obat terkadang malah memang membuat penyakit kebal akan obat tersebut. Kalau masih ada cara alami mending dengan cara alami. Seperti minum air putih yang banyak tadi.
ReplyDeletebtul mas, klo seandainya smua penyakit bisa dterapkan dgn memperbanyak minum air putih haha... rasanya mencegah akan lebih baik.. hidup sehat, dgn olah raga teratur dan makan makanan bergizi, sedikit membantu kita untuk menghindari terkena berbagai penyakit... begitupun dengan tb mdr ini... yup,..mari hidup sehat :)
DeleteBenar, Mak. Kalau saja minum air putih bisa cukup untuk mengobati TB, alangkah mudahnya. Sayangnya tidak alternatif lain supaya sembuh TB selain MINUM OBAT setiap hari.
ReplyDeleteiya mak... jenuh, bosan, cape atau apalah itu yang mengiringi terapi peyembuhan tb harus dikesampingkan dulu, krn gak ada cara lain selain patuh dan tertib dalam meminum obat...
Delete