Untuk Kamu

Hampir sepuluh tahun usia pernikahan ini, selama itu aku dan kamu saling berbagi. Berbagi tidak melulu tentang kesenangan, dan tidak jarang susah adalah kawan kita dalam belajar. Semenjak awal pernikahan, kita telah sepakat, bahwa materi bukanlah segalanya dalam hubungan kasih antara kamu dan aku. Tetapi seiring waktu kita tidak bisa menampik bila materi cukup memberi andil dalam hidup. Kita butuh materi itu, tapi tidak lantas membuat kita kalap. Kita masih mampu memilah mana jalan rupiah yang baik dan buruk. Kita masih mampu melihat amplop mana yang berhak diterima dan tidak. Dan karena itulah kamu rela pergi pagi pulang malam, atau bahkan ketika pagi kembali menjelang. Demi menjemput rupiah yang menurutmu halal bagi keluargamu. Karena kamu tidak ingin kedua anak perempuan hasil buah cinta kita, melahap makanan busuk dan berbau. Nikmat dilidah namun sengsara di akherat. 

Kami tau, kamu lelah. Setelah seharian berjibaku dengan pekerjaan yang terus menyita banyak waktumu. Lima hari kerja itupun belum cukup, gadget harus selalu "stand by" untuk menerima panggilan tugas mendadakmu. Hari libur yang harusnya bisa kau nikmati dengan berleha-leha di kamar, tidur sepuasmu, atau bermain game hingga membuat aku jengah melihat kau seharian berkutat dengan hero-heromu, memikirkan tanpa lelah strategi yang akan digunakan untuk menembus pertahanan lawan. Matamu tidak berkedip barang sedetik, tangan kananmu tidak henti-hentinya meng-klik "mouse" yang terus bergerak. Sementara aku dibelakangmu menggerutu kapan permainan akan berakhir. 

Hidup ini hanya sesaat, melaluinya bersamamu adalah pilihanku. Meskipun pada titik tertentu aku mengeluh akan dirimu. Namun inilah pilihanku. Dulu, aku berpikir dengan menikah bisa memilki seseorang seutuhnya, konyol. Aku lupa jika ragaku ini pun bukan milikku, sewaktu-waktu raga ini akan mati. Tidak ada lagi ruh yang bersemayam di dalamnya. Begitu juga dengan dirimu. Menikah bukan berarti membuka peluang mengatur kehidupan seseorang. Kamu ingat, ketika emosi kita masih sering meletup-letup. Pemaksaan kehendak sering terjadi di situ. Hal-hal sepele bisa menjadi pemicu keributan di rumah tangga yang baru kita bangun. Saat itu, aku ingin sekali kamu selalu melakukan apa yang aku pinta. Bahwa kamu adalah milikku, sewajarnya kamu harus menurutiku.

Kini menjelang sepuluh tahun pernikahan kita. Peristiwa demi peristiwa telah kita lalui, terekam dengan baik di otakku. Menjadi pembelajaran berharga buatku untuk selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Berharap begitu juga dengan dirimu. Hingga pada akhirnya kita layak memdapatkan surga NYA. amin.

Sedikit catatan menjelang hari lahirmu, 

Related Posts

No comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.