Skip to main content

Ide Yang Terperangkap

credit
Sadis judulnya. Sebenarnya ini tentang sebuah keinginan. Sebuah aksi kehidupan yang diharapkan dapat mengubah hidup yang biasa-biasa saja berubah menjadi sedikit lebih menarik. Bukan, bukan sedikit lebih menarik, tetapi menjadikannya sebuah keajaiban.

Perjalanan saya kali ini berawal dari ide yang tercetus 'hei saya perlu melakukan sesuatu yang lebih berarti dalam hidup saya'. Lalu terbersitlah apa yang kini tengah diupayakan. Mencari ide yang terperangkap, lalu menuliskannya. Iya, ini tentang apa yang telah saya mulai dengan blog ini.

Blog ini mulanya untuk kepentingan bisnis. Ceritanya saya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga yang sukses meniti karir dari rumah. Saat itu saya berpikir bisnis yang saya tekuni dulu memang bisa dilakukan dari rumah. Meskipun hati kecil saya mengatakan tidak, saya tetap ngotot melakukannya. Beberapa tempo berjalan lancar dan target-target pun perlahan mulai tercapai. Hingga sampailah pada batas kebimbangan lanjutkan atau tinggalkan.

Dihantui oleh kebimbangan mengalihkan perhatian saya pada yang lain. Coba perhatikan tulisan yang ada pada awal-awal kelahiran blog ini hingga pertengahan bulan maret 2014. Semuanya mengenai bisnis yang saya lakukan dulu. Dan pada bulan yang sama fokus tulisan saya sedikit demi sedikit mulai mengalami pergeseran. Bisnis itu pun secara perlahan saya tinggalkan dan beralih mengikuti lomba-lomba yang diperuntukkan untuk para blogger. Dan akhirnya tulisan-tulisan yang ada di blog ini pun sebagian besar mengenai lomba-lomba yang saya ikuti.

Sekian banyak mengikuti lomba menulis tidak ada satu pun yang lolos sebagai pemenang. Baik itu juara 1, juara 2, juara 3, juara bertahan, atau pun pemenang hiburan. Cukup menyedihkan, tetapi belum mampu meredupkan semangat saya untuk menulis. Tulisan lomba saya menuai hasil pada bulan berikutnya, April 2014.  Menjadi juara ke 3, mendapatkan tropi dan beberapa hadiah lainnya. Seharusnya sedikit pencapaian ini bisa menjadi pecut untuk tulisan-tulisan saya selanjutnya. Tetapi ternyata yang terjadi tidak seperti itu. Entah kenapa minat saya pada lomba-lomba justru berkurang.

Lomba-lomba pun mulai jarang saya ikuti. Blog saya mulai terabaikan. Meskipun begitu keinginan menulis belum menghilang. Saya pun mulai berselancar ke beberapa blog kawan-kawan blogger. Mencari inspirasi yang bisa membangkitkan semangat menulis saya. Waktu mendamparkan saya pada blog yang berisi cerpen dari berbagai media. Dan dari situlah terbersit keinginan menjadi seorang cerpenis. Pikiran konyol saya yang kesekian. Karena untuk mencapai asa, saya harus mulai lagi dari nol.

Tidak mudah menuangkan imajinasi ke dalam sebuah tulisan. Seorang kawan yang entah di mana rimbanya kini, menyarankan saya hanya perlu membaca banyak cerpen. Sebenarnya sebelum disarankan seperti itu pun saya sudah melakukannya. Pernyataan kawan saya itu semakin mempertegas saya sudah berada di jalur yang benar. Saya pun melahap apa saja bacaan yang saya temukan, tidak hanya cerpen. 

Beberapa cerpen telah lahir dan dikirimkan ke beberapa media surat kabar nasional. Tetapi tidak ada satu pun yang diterbitkan. Menyedihkan. Saya pun menyadari bahwa cerpen-cerpen saya tidak bermutu, tidak layak mendapat apresiasi apa pun. Sehingga tidak baik bila dikonsumsi untuk umum. Bahaya, bisa menyebabkan mual yang berkepanjangan. Parah. Saya harus lebih banyak berlatih.

Draft cerpen terakhir yang saya kirimkan saya sodorkan pada suami. Saya sebenarnya enggan memberikannya. Selama ini kata-kata pedasnya yang mengurungkan niat saya meminta masukan darinya. ' Silakan mengkritik, tapi jangan mengece,' saya katakan seperti itu sebelum suami saya mulai membaca cerpen yang saya sodorkan. 

'Tulisan amatir, alurnya gak jelas, diksinya standar. Jelas tidak akan dipublish oleh media-media itu. Karena mereka akan segera berhenti membacanya setelah satu hingga dua paragraf pertama. Tidak lebih,' seru suami saya sebelum dia menghabiskan cerita pendek yang saya sodorkan padanya. 

'Ini namanya cerpen kontemporer pak,' bela saya tidak terima dikatakan seperti itu.

'Terserah ibu, tadi minta dikritik. Tapi tidak diterima dengan baik.' jawab suami saya lalu membalikkan badannya dan kembali tidur.

Saya tahu cerpen saya banyak kekurangan di banyak sisi. Kata-kata suami saya sedikit menyurutkan semangat. Dan berpikir saya memang sudah terlampau telat memulainya. Hm, apakah ini perlu dilanjutkan atau ditinggalkan? (*)


Comments

  1. Lanjutkan saja. Namanya juga proses.. :)

    ReplyDelete
  2. kalau seneng ngerjainnya ya lanjutin aja mak ;)

    wkt smp, saya pernah ngirim cerpen ke majalah lalu ditolak... seseorang, bukannya menyemangati saya, malah menyuruh saya berhenti... saya pun menurutinya...
    setelah menikah dan berhenti bekerja, saya mulai menulis lg...
    siapa yg menyangka, skarang, beberapa cerpen dan tulisan saya sudah pernah dimuat dalam buku dan media cetak...
    seandainya dulu saya tidak berhenti & terus berlatih, mungkin sekarang saya sudah jd penulis terkenal :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyah mak.... :)

      wah mantap udah ada tulisan yang dimuat, bisa belajar nich.. aku mampir dech di blognya, mau intip2 tulisan kerennya :)

      Delete
    2. duh, saya jg masih belajar, ngejar ketinggalan :D

      Delete
    3. kalo gitu sama-sama belajar kita mak :D

      Delete
  3. Semangaattt emaakkkk...sy jg gt koq mak, digantung sm media cetak..Suami jg sering ngasih kripik yg pedasnya level mantab...tp gk menyurutkan smngat sy sih mak. Entah karena udh kebal krena trllu sering dikritik atau krn memang sy suka yg pedes2, hehe,...anggap sbg cambuk sajo makkk...utk mrmbuat karya yg lebih wah...:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, sepertinya tetap harus cemangaatt meskipun para lelaki itu lebih suka sekali memberi keripik pedas ketimbang keripik melinjo.. :D

      Delete
  4. Kalau tidak dilanjutkan, artinya mbak harus mencari hal lain untuk ditekuni dan memulai dari nol lagi. Kalau saya baca cerita mbak sih, sepertinya mbak masih bingung menentukan passion mbak sendiri. Ganti-ganti terus haluannya hehhehe.. padahal, apapun itu kalo ditekuni pasti bakal membuahkan hasil :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaaa.... jadi ketahuan dech jeleknya kelakuan.. kali ini tekadnya harus lebih kuat... ok, stop ganti-ganti haluan... harus lebih fokus ya mak.. thanks supportnya mom :)

      Delete
  5. Apa iya seorang yang sedang berusaha akan selalu berhasil di kesempatan pertama? Dikatakan berhasil itu kalau mau tekun dan tidak menyerah.... Pasti ada hasil yang baik di kesempatan yang kemudian kok :))

    Semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa jadi itu, karena di stiap usaha banyak kmungkinan di dlmnya kan ... tapi saya ngerti yg dimaksud bos .. yes slalu tekun dan pantang menyerah..

      sip .. KEEP FIGHTING :)

      Delete
  6. Jangan berkecil hati saat dikritik mbak, itu berharga lho.. Jadikan itu penyemangat untuk mbak belajar lebih baik :) Ayo mbak, semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. pada awalnya mungkin saya seperti itu, tapi semoga itu hanya dipermulaannya saja... selanjutnya adalah semangat yang menggebu.. amin.. :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Obat TB Gratis, Berobat Yuk

Ketakutan itu masih sering menghantui hari-hariku. Selama Tuberkulosis masih menjadi momok bagi dunia kesehatan, sepertinya susah untuk pura-pura mengatakan aku  rapopo  . Kemudahan penularan dari penyakit akibat kuman Mycobacteriun Tuberculosis salah satu sebabnya.  Beberapa hari yang lalu, bayang-bayang ketakutan itu kembali menghantuiku. Sebut saja mama Riska, beliau adalah pekerja paruh waktu di rumahku. Karena kondisi kesehatan yang menurun, beliau memutuskan untuk mengambil cuti kerja selama dua hari. Terdengar suaranya yang lemah dan batuk-batuk kecil yang menyertainya, menggiring pikiranku pada satu kesimpulan tentang penyakit yang diderita mama Riska. Tuberkulosis, begitulah pikirku saat itu. Sungguh aku terlalu cepat memutuskan mama Riska terjangkiti kuman Mycobakterium Tuberkulosis . Hal ini semakin memperjelas betapa paranoidnya aku. Pengetahuan yang cukup tidak membuat rasa khawatirku berkurang, justru aku semakin waspada terhadap penyakit satu ini. ...

House For Sale

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah kisah singkat karya A.S. Laksana. Karyanya dimuat di salah satu surat kabar harian nasional yang terbit dari Surabaya. Dengan tajuk Dijual : Rumah Dua Lantai Beserta Kenangan di Dalamnya, bercerita tentang sepasang suami isteri yang sedang berada di ambang batas perceraian. Masalah-masalah yang sekiranya dianggap sepele oleh salah satu dari pasangan di dalam cerita ternyata bagi yang lain itu menjadi timbunan-timbunan konflik berkepanjangan. Dan pada akhirnya memaksa keduanya untuk segera mengambil keputusan yang tidak mudah. Mungkin seperti itulah yang bisa saya tangkap dari cerita pendek karya saudara A.S Laksana. Tapi tulisan ini tidak ingin membahas tentang cerpen A.S. Lakasana. Membaca cerpen ini seketika mengusik memori saya yang sudah lama terpendam. Ini menyangkut judul lagu yang diangkat oleh cerpenis. Membawa benak saya pada sebuah rumah yang entah seperti apa kini wujudnya. Rumah dalam kenangan saya tidak sama dengan ruma...

Monetisasi Blog Meningkatkan atau Menurunkan Gairah Menulis

Google benarkah ini?? source pic : google Malam ini tidurku tak nyaman. Gerakan-gerakan tak nyenyak si kecillah yang membuatku membuka mata berulang kali. Tubuhku penat. Lelap pun tak kudapat. Kantukku belum usai namun azan subuh telah berkumandang.  Sedikit malas kuberanjak dari tidurku. Tampak tuan-tuan putri masih terbuai mimpi. Kualihkan pandanganku ke gadget  usangku. Seperti biasa jari-jariku menari diantara aplikasi yang terinstal. Kotak suler menjadi akhir lompatanku. Berharap hari ini ada kabar baik yang akan kuterima. Tak perlu menunggu lama, kotak surat elektronikku pun terbuka. Tatapanku pun segera terpaku pada bagian teratas list inbok  ku. Terbersit harap yang selama ini kudambakan namun segera kuenyahkan. Tak mungkin, pikirku. Namun. Google pun Memberi Jawab source pic : google Selamat!! Sampai pada tahap ini saja mukaku sudah merona. Teringat penolakan-penolakan yang kuterima. Dan pengajuan permohonan Google AdSense (GA) ku yang tanpa ...