Maju Mundur Cantik Lalu Galau Kemudian

Ada Syahrini di sini. :D

Setelah dua pekan lamanya saya tidak memposting apa pun di blog sederhana ini. Maka sudah saatnya untuk tulisan kejar tayang. Kejar tayang? Udah macam blogger seleb ajah.

Blogger seleb? hoho.. gaklah... aku mah apa atuh. Sekarang Cita Citata yang nongol. hadeuhh.. :)

Bukanlah, bukan karena itu. Saya hanya rindu menulis. Saya rindu merangkai kata lalu membentuknya menjadi diksi yang indah. Meski tak mudah menemukan kata yang tepat dan sesuai dengan gagasan yang ada di kepala.  Meski tak ada rumus pasti untuk sebuah diksi. Meski hingga kini saya hanya mampu menciptakan kalimat-kalimat sederhana yang tak begitu indah. Namun, nyatanya saya masih berdiri di sini. Mencoba menghadirkan diksi yang menarik juga unik.

Menuliskan kisah-kisah sederhana lalu dibalut oleh diksi yang indah serta menarik. Mungkin saja bisa mengubahnya menjadi kisah yang istimewa. Kisah yang tak terlupakan. Tetapi tidak semua keinginan menulis hanya untuk menciptakan sebuah diksi. Terkadang menulis hanya ingin berbagi tanpa perlu rumit-rumit memikirkan diksi.

Seperti saat ini. Saya hanya ingin bercerita bagaimana susahnya melakukan sebuah gerakan maju mundur maju mundur cantik. Kemasan (Judul) memang serupa tapi isi tak sama ya. Jadi jangan bayangkan gerakan yang akan saya ceritakan ini menyerupai lenggak lenggok artis ibukota yang selalu kondang dengan sensasi-sensasinya. Tidak semacam itu. Tubuh saya tidak berbicara seperti halnya tubuh seksi Syahrini yang siap menghipnotis manusia jenis apa saja. Kaki saya tidak melangkah seindah dan seringan Syahrini membawa tungkai mulusnya maju dan mundur. Tawa saya juga tidak serenyah gelak yang ditunjukkan Syahrini di videonya yang kerap kontroversial. Pokoknya apa pun yang ditingkahi oleh wanita cantik ini selalu saja tampak mempesona. Tak heran bila tingkahnya mampu memantik hasrat banyak orang untuk menirunya. Dan saya salah satunya. Seperti judul tulisan ini yang mencomot jargon si artis. Namun saya bukan salah satu pemujanya lho. Bukan!!

Cerita ini diawali ketika langit berwarna biru cerah. Mentari bersinar hangat. Kupat sayur favorit berhasil didapat meskipun harus mengantri dalam barisan yang cukup padat. Sarapan pun berjalan lancar. Anak-anak dalam kondisi aman. Tidak ribut. Tidak menangis. Tidak juga tengah merajuk. Pokoknya semua aman. Saya pun segera melirik suami di dalam kamar. Menggodanya sebentar lalu mengajaknya keluar menuju roda empat yang terparkir cantik di muka rumah.
"Bagaimana? Sudah siap? Perut full. Cuaca cerah. Anak-anak ceria. Saatnya tunaikan janji."
"Ya sudah panaskan saja dulu. Setelah itu kita keluar."
"Ok."

***

"Kita lakukan di sini saja?"
"Wah lokasinya kurang lebar."
"Trus mau di mana donk?"
"Lah janjinya di mana?"
"Ya udah. Kita cari lokasi yang sedikit lebih luas."

Sedikit percakapan diperlukan di sini. Mengulur waktu sembari menunggu reaksi dari dalam rumah. Apakah akan terdengar raungan atau aman-aman saja. Tak ada teriakan. Tak terdengar tangisan. Kondisi aman. Kata-kata sudah tak diperlukan lagi. Tancap gas. Lalu roda empat itu pun meluncur. Meninggalkan komplek perumahan pensiunan sebuah perusahaan BUMN. 

Padahal tujuan awal kami sudah jelas. Jam pun menunjukkan waktu yang sesuai dengan yang telah ditetapkan. Tapi bukan suami saya bila sebuah rencana tidak mengalami perubahan. Jadi lupakan saja tujuan awal itu. Setidaknya saya telah berhasil mengajaknya keluar rumah. Berdua saja tanpa membawa serta buah hati kami. Anak-anak kami titipkan di rumah eyangnya.

"Di Taman Modern mau gak?"
"Boleh aja, asal ada tempat yang luas untuk membanting setir ke kanan atau ke kiri."
"Hm.. Di mana ya?"

Panas. Klakson kendaraan bersahutan. Tin tin..tot tot... Jalanan yang sangat ramai. Di padati bermaca-macam jenis kendaraan. Di balik kemudi, tangan kanan suami sibuk mengatur arah roda. Tangan kirinya sesekali menggenggam smartphone sesekali memindahkan persneling. Roda empat melaju pelan. Mencari sebuah ruang yang terbebas dari kepungan aneka macam jenis kendaraan.

"Di Metland aja ya."
"Di mana aja ok. Asal nanti jangan cepat kesal lalu marah-marah."
"hehe..Gaklah, Masa sama isteri tersayang marah-marah."

Arah kemudi pun segera dibelokkan memasuki perumahan yang berada di bilangan Hamengkubuwono, Jakarta Timur. Menyusuri cluster demi cluster. Mencari tanah lapang serta sepi dari aktivitas.

***

"Sip. Di sini tempatnya pas banget."

Kuperhatikan lokasi pilihan suamiku. Tanahnya tidak terlalu lapang. Lebarnya diperkirakan 10 m. Lintasannya lumayan panjang. Kurang lebih 100 m. Cukup sepi dari aktivitas. Tepi kiri dibatasi pagar berkawat. Tepi kanan dibatasi rerumputan. Ada beberapa muda mudi yang duduk berpasangan. Semacam kencan di alam terbuka. Penjaja makanan ikut meramaikan di beberapa titik. Bisa dikatakan lokasi ini mendekati kata sempurna.

"Ok. Sekarang ibu musti apa."
"Belajar maju mundur aja dulu."
"Ok."
"Pasang sabuk pengamannya."
"Sip."
"Cek persnelingnya. Udah di posisi netral atau belum."
"Ok, sudah aman."
"Injek koplingnya. Tekan full."
"Ok."
"Pindahkan posisi persnelingnya ke angka satu."
"Siap."
"Persiapkan kaki kanan di gas. Tapi jangan diinjak dulu."
"Ok."
"Sekarang lepas rem tangannya."
"Waduh. Ini udah aman belum?"
"Aman. Percaya sama bapak."
"Ok." Oka oke padahal tangan berkeringat. Jantung dag dig dug der. Di sini keliatan sok kul.
"Sekarang perlahan-lahan kopling di lepas. Kaki kanan siap-siap menekan gas. Perlahan-lahan. Ingat semua dilakukan perlahan-lahan."

Kaki kiri saya pun mulai diangkat sedikit demi sedikit. Mobil pun mulai melaju perlahan. 

"Gasnya kapan di injeknya nich. Mobilnya udah meluncur."
"Sekarang gas bisa di injek secara perlahan."

Kaki kanan mulai beraksi. 

"Ibu, jangan terlalu di tekan gasnya. Dikurangi kecepatannya."
"Waduh, ibu harus ngapain?"
"Ya, dilepas perlahan gasnya. Kaki kiri ambil posisi."
"Wah, ibu injek rem aja ya."

Kaki kanan pun langsung menekan pedal rem tanpa menunggu perintah instruktur pribadi di samping saya. Seketika mobil pun berhenti.

"Udah berhenti nich pak. Sekarang ibu injek kopling lagi ya."
"Nyalain dulu mesinnya."
"Apa?"
"Mesinnya kan mati bu."
"O..mesinnya mati."

Membetuk mulut menyerupai haruf  O adalah kesalahan kesekian saya di hari itu. Itu tandanya saya harus siap-siap mendengar ceramah panjang suami. Bla.. bla..bla... Banyak sekali petunjuk, saran dan kelemahan saya yang disampaikan beliau. Saya manggut-manggut mendengar itu semua.

"Ok kita mulai dari awal lagi. Ingat bu, perlahan-lahan!"

Saya pun melakukan hal serupa seperti tadi. Secara berurutan. Mulai dari mengecek sabuk pengaman hingga melepas kopling perlahan. Ada satu yang tidak saya lakukan lagi. Menurut suami, untuk kali ini saya belum perlu menekan pedal gas. Jadi mari kita memainkan kopling, persneling dan rem. Gas? Lupakan saja dulu.  

Maju lalu mundur lalu maju lalu mundur lalu maju lalu mundur. Begitu terus hingga sebuah pemandangan mengalihkan konsentrasi. Instruktur mengemudi tidak lagi berkata "Ingat! perlahan-lahan bu." Tapi "Bu, lihat sisi sebelah kanan, muda mudi itu," seru suami saya seraya melayangkan pandangan ke titik yang di maksud. 

Kontan laju mobil pun berhenti. Lalu mata saya mengikuti arah pandangan suami. ASTAGA.

"Sudah kita hentikan saja latihan hari ini pak."
"Kenapa?"
"Konsentrasinya sudah terkontaminasi."
"Apa? Hahaha... Bisa aja ibu ini. Ya udah, kita makan aja. Lapar nich."

Latihan mengemudi pun dihentikan. Kemudi pun segera diambil alih oleh suami. Perlahan kami tinggalkan lokasi. Sebelum kami benar-benar beranjak dari tempat saya latihan mengemudi. Saya sempat mengarahkan kembali pandangan saya ke muda mudi yang tengah asik bercumbu mesra. Usia mereka masih terlampau belia. Tapi kelakuan mereka melebihi orang tua. Sungguh saya miris melihatnya. Seketika benak saya tertuju kepada kedua buah hati kami. Galau segera melanda. Kenyataan yang membuka mata dan menyadarkan kembali akan tugas saya sebagai orang tua. Pemandangan tadi mengingatkan saya ternyata pekerjaan rumah kami masih panjang. Bagaimana bila tadi saya nekat turun dari mobil lalu menegur mereka yang mungkin lupa sedang berada di mana dan bersama siapa. Jika saya lakukan itu, apa yang akan mereka lakukan pada saya? (*)

Related Posts

16 comments

  1. Walah maju mundur maju mundur..... Gue aja nggak bisa naik mobil. Maklum sehari hari anak motor. Motor bebek :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. anak muda terima kasih sudah singgah di sini lagi.. hehe.... samalah, masih belum bisa kalo mobil mah.. masih enakan bawa motor :)

      Delete
  2. Anonymous6:25 am

    Huuuuu.....latihan nyopir kok matanya jelalatan ngelihatin orang pacaran, wajar ajalah kurang lancar.... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha .. yang jelalatan bukan saya , bukan juga suami. tapi mata-mata risih mereka yang terganggu karena keberadaan kami.. :D

      Delete
  3. ahaha ku pikir isi postingannya tentang syahrini rupanya tentang cerita menarik belajar mengemudikan mobil. heheh seru ya bu ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo kamu berpikir seperti itu, berarti tulisan ini sedikit berhasil hehe.. ya lumayan seru :)

      Delete
  4. baru mampir sudah langsung sama tulisan nya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. langsung apa nich? semoga bukan langsung muntah ya.. :)

      Delete
  5. kalau bisa sih sudah maju jangan mundur, biar gak galau.hehe..!!
    cocok neh buat status di fb, kalau istilah komando maju terus pantang mundur, neh sekarang maju mundur galau kemudian

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya ya... nanti lain waktu kita hajar si maju tanpa perlu mundur biar gak galau kemudian. .. :)

      Delete
  6. mbak belajar nyetir matanya malah lirik sana sini,hehe jadinya kan maju mundur maju mundur terus galau deh gegara nyetir gak lancar dan liat orang lain pacaran :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan saya yang lirik sana lirik sini, kebetulan pas kepala saya nengok ke kanan pandangan selalu tepat sasaran.. saya gak ngelirik kok ;)

      Delete
  7. hahahaha belajar nyetir liat mudamudi pacaran pikirannya terkontaminasi ..wkwkwk langsung udahan belajarnya :D

    ReplyDelete
  8. Awww.. Jadi miris denger cerita orang pacaran yang cumbu-cumbuan.. :(

    Kalok Mbak berani negur, kemungkinan besar mereka bakalan ngeloyor pergi. Tengsin euy!

    ReplyDelete
    Replies
    1. merasakan hal yg sama ya beby .. :)

      itu klo responnya begitu, klo yang lain??? ternyata utk berbuat baik pun hrs dipikir dgn matang,..

      Delete

Powered by Blogger.